Wednesday, April 24, 2013

Membuka Tirai Gua Harimau Sumatera Selatan


Perjalanan Arkeolog Nasional Mengupas Kehidupan Masa Pra-Sejarah
GUA HARIMAU

Gua Harimau terletak di Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Situs ini berjarak 35 km dari Kota Baturaja. Mitos mengenai Gua Harimau yang diyakini penduduk sekitar yaitu melarang warga mendekati Gua Harimau karna dianggap angker dan di yakini sebagai sarang harimau.

Seiring dengan perkembangan waktu masyarakat sekitar mulai berani mendekati Gua Harimau tersebut, dan ternyata mereka menemukan harta karun alam yang ada di dalam Gua tersebut. Harta Karun tersebut berupa sarang walet yang menempel pada langit-langit gua.

Belum diketahui asal mula nama Gua Harimau, ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Gua Harimau berasal dari sebutan hunian harimau, tapi ada pendapat lain yaitu mulut gua yang menyerupai mulut harimau dengan kelengkapan taringnya.

Gua ini memiliki ketinggian dari dasar hingga langit-langit ± 30 m. Kemasyuran Gua harimau tidak sebatas ditemukan sarang walet saja melainkan mulai berdatangannya Tim Arkeolog Nasional pada tahun 2009. Para Tim Peneliti menemukan 66 Kerangka manusia, dan berdasarkan penanggalan karbon kerangka manusia tersebut berusia 3.000 tahun. Selain kerangka manusia juga ditemukan kerangka hewan diantaranya anjing, ayam dan babi. Menurut cerita para tetua kampung ribuan tahun lalu disekitar wilayah gua dihuni oleh para petani pertama di indonesia, pernyataan tersebut didukung pula secara ilmiah dengan ditemukannya penyakit karies gigi pada sebagian rangka, dan penyebab dari penyakit tersebut adalah pola makan karbohidrat yang tinggi dikarenakan manusia purba tersebut sudah meninggalkan kebiasaan berburu dan mengembangkan pertanian. Selain digunakan sebagai tempat tinggal Gua Harimau tersebut digunakan sebagai tempat mengubur mayat dari massa 3.000 tahun silam.


 
Hal lain yang menarik adalah gambar cadas di dinding gua. Seni lukis gua ini mengubah perspektif bahwa gambar cadas tidak pernah menyentuh tanah Sumatra. Gambar yang dilukiskan dipercaya sebagai bagian dari kepercayaan masyarakat purba.


eikiayu
@eikiayu

















Tuesday, April 23, 2013

PERKEMBANGAN KESENIAN KETOPRAK




Ketoprak (bahasa Jawa: kethoprak) adalah sejenis seni pentas yang berasal dari Jawa Tengah. Dalam pentasan ketoprak, terdiri dari sandiwara yang diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi dengan gamelan. Ketoprak merupakan kesenian tradisional yang mengangkat cerita tentang babad Tanah Jawa. Sejarah yang dijadikan landasan cerita sering dibumbui dengan berbagai pemanis sehingga menjadi cerita yang enak dinikmati.Tema cerita dalam sebuah pertunjukan ketoprak bermacam-macam. Biasanya diambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa. Banyak pula diambil cerita dari luar negeri. Tetapi tema cerita tidak pernah diambil dari repertoar cerita epos (wiracarita): Ramayana dan Mahabharata. Sebab nanti pertunjukan bukan ketoprak lagi melainkan menjadi pertunjukan wayang orang.

Beberapa lakon ketoprak yang terkenal misalnya: Darma-Darmi, Kendana-Gendini, Aryo Penangsang Mati Ngadeg, Warok Suramenggala, Abdul Semararupi, Panji Asmarabangun, Klana Sewandana, Ande-ande lumut, Anglingdarma, Rara Mendut-Pranacitra, Damar Wulan, dan sebagainya.

Dulu ketoprak sering dipentaskan di kraton saja. Ketoprak ini timbulnya pada tahun kurang lebih 1922 pada masa Mangkunegaran. Sebagai ilustrasi diiringi gamelan yang berupa lesung, alu, kendang dan seruling, karena cerita atau pantun-pantunnya merupakan sindiran kepada pemerintah atau kerajaan maka kesenian ketoprak ini lalu dilarang. Pada tahun 1942 tidak boleh dipentaskan karena waktu itu di zaman Jepang menjajah. Setelah Jepang pergi barulah ketoprak dipentaskan lagi atas jasa KRT Wongsonegoro yang pernah menjadi gubernur Jateng.

Pada awalnya, ketoprak menggunakan iringan suara lesung dan alu yang biasa digunakan sebagai alat penumbuk padi. Alat-alat ini menimbulkan suara: prak, prak, prak, yang merupakan asal dari kata ketoprak. Namun saat ini jalan cerita ketoprak diiringi oleh irama gamelan dan keprak yang tak henti. Dan ini sangat menarik dinikmati, terutama apabila memang pertunjukan ketoprak yang disuguhkan mengangkat cerita humor yang dapat mengundang tawa.

Ciri khas dari ketoprak :
• Dialog berbahasa jawa
• Bercerita tentang Raja-raja pada abad 4 s/d abad 18. Dongeng rakyat. egenda. Mitos.. juga kadang-kadang menampilkan LAKON CARANGAN “cerita made in sutradara ketoprak”.
• Walau iringan musik ketoprak selalu berubah menyesuaikan perkembangan jaman, namun suara KEPRAK/KENTHONGAN pasti selalu terdengar.

Di dalam sejarah, perubahan bentuk kesenian ketoprak itu sendiri terbagi menjadi beberapa istilah seperti berikut :

 1. Ketoprak gejog/lesung (1887 - 1908)
Asal mula ketoprak ini terwujud dari permainan para pemuda di dusun yang sedang bermain sambil diiringi irama lesung pada saat bulanpurnama. Namun kebiasaan tersebut kini menjadi salah satu budaya dan salah satu seni drama tradisional kuno. Alat musik yang digunakan pada awalnya hanya sebuah gejog (lesung) dengan di iringi beberapa lelagon dolanan (nyanyian pedesaan) di antaranya lagu ILIR-ILIR, JAMURAN, IJO-IJO dll. Ketoprak yang masih menggunakan iringan lesung tergelar sekitar tahun 1887 dan lakon yang di tampilan hanya bercerita tentang seputar kehidupan di pedesaan


2. Ketoprak Wreksadiningrat (1908 - 1925)

K.R.M.T.H Wreksadiningrat seorang abdi dalem Bupati Nayaka di Surakarta Hadiningrat melihat ada kandungan seni yang sangat bagus di dalam ketoprak tersebut, hal itu menggugah hatinya untuk mengangkat tontonan ketoprak menjadi salah satu bagian dari kesenian keraton. Dari situlah ketoprak mengalami pertama kali perubahan, semula hanya di iringi musik lesung kemudian iringanpun di tambah dengan kendang seruling dan terbang, nyanyian yang semula hanya lelagon dolanan akhirnya di tambah dengan sekar alit (macapat) dan sekar tengahan di antaranya MIJIL PAMULAR. PUCUNG BUPLAK. GAMBUH dll. Lakon yang di tampilkan mulai mengambil cerita-cerita berbau dongeng seperti JAKA BODO, WARSA WRASI, JAKA KUSNUN dll. Perkembangan ketoprak mampu menarik perhatian kalangan keraton. Hal itu terbukti dengan banyaknya kerandah dalem (orang dalam keraton) yang berminat mementaskan untuk beraneka macam acara yang di adakan oleh kerandah dalem, bahkan Susuhunan Mangku Negara sendiri tidak jarang menampilkan ketoprak Wreksadiningrat. Tidak di ketahui dengan jelas apa penyebab bubarnya ketoprak Wreksadiningrat, ada kemungkinan usia tua K.R.M.T.H Wreksadiningrat yang menyebabkan ketoprak tersebut sejak tahun 1925 sudah tidak pernah menggelar pementasan lagi.

3. Ketoprak Wreksatama (1925 – 1927)

Kemudian pada tahun 1925 di kampung Madyataman Surakarta berdiri grup ketoprak baru dengan nama ketoprak Wreksatama yang di dirikan oleh Ki Wisangkara bekas anggota ketoprak Wreksadiningrat. Di bawah kepemimpinan Ki Wisangkara ketoprak juga mengalami perubahan, musik iringan model Wreksadiningrat oleh ketoprak Wreksatama di perlengkap lagi dengan saron, biola, gitar, mandolin, kenong, kempul, gong. Nyanyian tetap seperti ketoprak Wreksadiningrat, tetapi lakon yang di tampilkan berubah, Ki Wisangkara sudah berani menampilkan lakon-lakon babad di antaranya cerita panji, ajisaka dan beberapa cerita-cerita berlatar belakang jaman kerajaan. Mungkin karena Ki Wisangkara terlalu berani menampilkan cerita dan pantun-pantun yang berisi sindirian kepada pemerintah atau keraton yang di kawatirkan bisa mengurangi kewibawaan kalangan keraton maka kesenian ketoprak ini akhirnya dilarang.

4. Ketoprak Krida Madya Utama (1927 – 1930)

Karena kesenian tersebut asalnya merupakan kesenian rakyat maka walaupun di larang akhirnya ketoprak tetap berkembang di daerah pedesaan atau pesisiran di Jawa Tengah sampai munculah ketoprak professional dengan nama Krida Madya Utama. Sebagai pendiri ketoprak tersebut adalah Ki Jagatrunarsa dan Ki Citra Yahman. Di karenakan Krida Madya Utama adalah ketoprak professional yang keberlangsungan hidupnya tergantung kepada penonton maka ketoprak Krida Madya Utama akhirnya njajah desa milang kori (berpindah pindah tempat) sampi ke daerah Yogyakarta . Mulai saat itu ketoprak menjadi terkenal dan bisa mengungguli kesenian lainnya, seperti Srandul, EMprak dll.

5. Ketoprak Gardanela (1930 – 1955)
Setelah sampai di Yogyakarta ketoprak lebih di sempurnakan lagi dengan iringan gamelan jawa lengkap laras pelog, tema ceritanya mengambil babad dan sejarah dengan catatan kostum yang di pakai untuk pementasan tidak di perbolehkan menyamai aslinya “pakaian kebesaran keraton”. Menurut tulisan karya mendiang W.S Rendra masa-masa itu di sebut Jaman ketoprak GARDANELA karena ketoprak pada waktu itu sudah mulai berkreasi menggarap cerita-cerita luar negeri seperti Sampek Engtay, Johar Manik, Jenderal Sie Jien Kwie.

 6. Ketoprak moderen (1955 – 1958)
Pada tahun 1955 ketoprak professional/tobongan benar-benar menjamur, banyak grup ketoprak bersaing dalam berbagai hal terutama tentang kreasi cerita dan pementasan, sehingga pada masa itu banyak grup ketoprak yangmenambahkan sebuah kalimat di depan nama grupnya dengan kata moderen, misalnya KETOPRAK MODEREN KRIDO MARDI. KETOPRAK MODEREN S 3 MAREM dll.

7. Ketoprak Gaya Baru (1958 – 1987)
Bagaikan sebuah perlombaan yang akhirnya di menangkan oleh Ki Siswondo Harjo Suwito pada tahun 1958 ketoprak Siswo Budoyo dengan terobosan yang spektakuler berhasil menggulingkan ketoprak Moderen dan menggantikannya menjadi ketoprak Gaya baru Siswo Budoyo Tulungagung.